Orang tua pada umumnya sering mengeluh tentang anaknya yang sudah disuruh belajar. Sementara sebagian anak lain gembira dan antusias dengan materi pelajarannya. Mengapa bisa terjadi hal demikian?

Ada beberapa alternatif kemungkinan.

Pertama, anak susah belajar karena “disuruh” belajar, bukan diajak belajar. Pada hakikatnya, masa anak-anak adalah masa eksplorasi dengan tingkat keingintahuan tinggi sehingga mereka senang mempelajari hal-hal baru. Masalahnya, orang dewasa seringkali terburu-buru mendorong mereka untuk menguasai suatu materi tertentu dan cara yang digunakan bersifat instruktif. Alih-alih memberikan “umpan’ belajar atau memotivasi anak untuk belajar mandiri, orang dewasa cenderung menggiring anak untuk belajar dengan cara pandang orang dewasa.

Kedua, lingkungan yang tidak mendukung suasana belajar. Televisi dan gawai merupakan dua sisi mata uang. Di satu sisi kedua teknologi tersebut menjadi sumber informasi tanpa batas namun di pihak lain menjadi pengganggu konsentrasi belajar. Rangsang audio visual yang tanpa henti tentu saja akan merusak konsentrasi untuk fokus pada materi-materi yang bersifat tekstual. Padahal materi pelajaran dari sekolah umumnya bersifat tekstual dan berbasis pena kertas.

Rangsang audio visual yang lebih kuat akan mengalihkan perhatian anak dari materi-materi teks. Jika ini terjadi terus menerus tanpa ada pembatasan maka anak akan kehilangan gairah belajar dan mungkin lebih terikat pada televisi dan gawai. Penggunaan televisi dan gawai yang bijaksana wajib diterapkan jika ingin menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Ketiga, perhatian orang dewasa di sekitarnya. Tidak jarang orang dewasa di sekitar anak-anak bersikap masa bodoh dan tidak mau tahu akan kebutuhan-kebutuhan psikologis anak termasuk perhatian yang dibutuhkan untuk membentuk kepercayaan diri anak. Anak yang mendapat kasih sayang cukup dari orang tua atau orang dewasa di sekitarnya akan menunjukkan motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang diabaikan.

Oleh karenanya, untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman maka ajaklah anak belajar bukan menyuruh mereka belajar, kendalikanlah penggunaan televisi dan gawai dengan bijaksana, berikanlah kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak-anak.

Salam, Asrilla Noor

2 Responses

Leave a Reply